Image credit: https://bataviase.files.wordpress.com/2006/11/original11.jpg?w=474
Masih ingat dengan tulisan sebelumnya mengenai sejarah percetakan pertama di dunia? Saat itu, mesin cetak diinovasikan pertama kali oleh Johannes Gutenberg di Mainz, Jerman. Setelah Gutenberg, inovasi mesin cetak dilanjutkan oleh Johann Fust dan Peter Schöffer. Sejarah percetakan pada masa tersebut masih berkaitan dengan ranah keagamaan, khususnya Katolik. Pasalnya, Gutenberg saat itu menggunakan mesin cetak untuk mencetak alkitab, demi melunasi hutang-hutangnya.
Setelah perjalanan panjang di era Printing Press, alhasil mesin cetak dikenalkan pada berabad-abad lalu di Indonesia. Percetakan di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh Belanda, guna menerbitkan literatur Kristen dalam bahasa daerah. Berbeda dengan zaman Gutenberg, perkembangan percetakan di Indonesia lebih berkaitan dengan perkembangan media, khususnya surat kabar dan dokumen pemerintahan.
Sejarah percetakan di Indonesia sudah muncul pada 1659. Dilansir dari Solusi Printing, Belanda tertarik mendirikan usaha percetakan, setelah munculnya barang cetak pertama, yaitu Almanak Tijdboek. Beberapa tahun setelah kemunculan Almanak Tijdboek, VOC Belanda membuat perjanjian kontrak dengan beberapa ahli penjilidan dari Amsterdam. Hal ini karena untuk memenuhi kebutuhan barang-barang VOC. Menariknya, VOC juga menjual alat cetak ke pihak penjilidan lho.
Di samping bekerja sama dengan pihak penjilidan di Amsterdam, rupanya Belanda juga pernah mencetak dokumen perjanjian pemerintahan di Indonesia. Dilansir dari Percetakanku, Hendrik Brant sempat mencetak dokumen pemerintahan, yaitu Perjanjian Bongaya antara Laksamana Cornelis Speelman dan Sultan Hasanuddin di Makasar pada 15 Maret 1668. Pada tahun yang sama, dia mendapatkan kontrak untuk mencetak sekaligus menjilid buku VOC.
Pada 1719, usaha percetakan swasta VOC pun dibangun di Indonesia, khususnya di Jakarta. Saat itulah, percetakan tersebut dinamai Castel Press. Tidak lama kemudian, VOC mendirikan usaha percetakan kembali untuk ketiga kalinya, pada pemerintahan Jenderal Gustaaf Williem Baron von Imhoff. Di tahun yang sama, mulai tercetak surat kabar pertama yang menggunakan bahasa Indonesia, serta diterbitkan secara mingguan.
Namun, sayangnya surat kabar tersebut diberhentikan, karena dianggap berbahaya bagi VOC. Sehingga, banyak orang terus mempertanyakan sejarah percetakan di Indonesia sesungguhnya. Selama kedudukan Belanda atau VOC, beberapa surat kabar terus muncul dan berhenti. Entah itu dicetak dalam bahasa Belanda, Indonesia, atau Melayu. Namun, banyak yang mengatakan bahwa perintis percetakan di Negeri Katulistiwa dipelopori oleh R.M. Tirtoadiesoerjo. Seperti apa kontribusi Tirtoadiesoerjo? Nantikan di artikel selanjutnya!
Begitulah sejarah singkat perkenalan dunia percetakan di Indonesia. Tertarik untuk mencetak sesuatu? Kamu bisa mengunjunginya di Rukan Paris Golf Lake Residence Blok B No.28, Jakarta Barat. Apabila memiliki kendala waktu atau sibuk, juga bisa mengirimkan file melalui WhatsApp, e-mail, hingga sistem penyimpanan cloud seperti Google Drive, WeTransfer, atau Dropbox. Pengiriman juga bisa dilakukan melalui Go Send atau Grab Send. Di Instaprint Cengkareng, kamu bisa mencetak produk kebutuhan bisnis dengan bahan dan hasil berkualitas.
Instaprint Cengkareng
Alamat : Rukan Paris Golf Lake Residence Blok B No.28, Jakarta Barat
Jam Operasional
Mon – Fri : 09.00 – 22.00 WIB
Sat : 09.00 – 20.00 WIB
Sun : Closed
P. : +62 21 5431 3057
WA: +6287889113022
Sumber:
https://percetakanku.co.id/napak-tilas-percetakan-di-indonesia/
https://solusiprinting.com/sejarah-percetakan-di-indonesia/